Sensitivitas tidak hanya terkait uang dan faktor lainnya “Setiap jalur kehidupan seseorang tandai dengan preferensi pribadinya yang tersembunyi.” Alexander Smith. Ketika kita melihat seseorang mengenakan pakaian hijau, rok biru telur asin, kerudung merah muda, sepatu merah, dan tas kuning terang pusat perbelanjaan, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Ya, tak bisa pungkiri, penampilannya memang mencuri perhatian. Namun, tak sedikit orang yang meremehkan dan berkata, “Selera busananya sangat buruk.” Baru setelah tren gaya warna-warna dan motif-motif yang bertabrakan menjadi populer dunia fashion, pandangan kita berubah. Selera sering kaitkan dengan kemampuan seseorang dalam memilih dan menggabungkan sesuatu. Jadi, jika seseorang memiliki penampilan yang berbeda, aneh, dan tidak mengikuti standar umum, mereka akan anggap memiliki selera yang buruk.
Sama halnya dengan makanan, jika dalam sebuah kelompok kebanyakan menyukai masakan Jepang, dan kita satu-satunya yang tidak menyukainya, maka akan ada sindiran, “Selera rendahan memang tidak cocok berada sini.” Tidak semua orang berpikir bahwa selera adalah hasil kompromi, yang dibangun dan diperkuat oleh faktor-faktor pendukung. Ada orang yang terlihat sangat cantik saat memakai pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris yang serasi saat pergi ke mal. Orang tersebut kemudian anggap memiliki selera fashion yang baik. Padahal, bisa saja kemampuannya dalam memilih dan menggabungkan pakaian dukung oleh faktor keuangan yang memadai. Sedangkan seseorang yang memiliki keterbatasan finansial, hanya bisa membeli satu tas, sepasang sepatu, dan celana yang sama, dan harus memadukan dengan model, warna, dan motif pakaian yang milikinya.
Jadi tidak adil untuk menilai selera orang lain ketika setiap orang memiliki faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi selera mereka. Ada orang yang tidak makan daging karena vegetarian. Ada orang yang lebih suka makanan Padang daripada makanan Jepang, bukan karena selera mereka rendah. Mereka mungkin melakukan itu karena pertimbangan finansial. Atau mungkin karena mereka khawatir tentang kehalalan makanan yang mereka makan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menilai selera orang lain.
Sensitivitas Tidak Hanya Terkait Uang
Ibu saya mengatakan bahwa seorang wanita sebaiknya berhias, memoles wajahnya, memakai perhiasan, berpakaian yang menarik, dan wangi agar terlihat cantik. Meskipun saya tidak terbiasa melakukan hal itu, saya mencoba memenuhi keinginannya dengan membeli sepasang giwang. Saya tidak menghiasi telinga saya selama bertahun-tahun karena setiap kali saya memakai anting-anting, telinga saya akan gatal, lembab, dan berbau. Saya berharap kali ini telinga saya tidak akan menolak keputusan saya untuk mengenakan giwang. Satu hari setelah memakai giwang, saya merasa tidak nyaman, seperti dicubit telinga. Selain itu, setiap habis mandi, saya selalu lupa untuk menggosok telinga saya dengan keras, sehingga giwang itu terjebak pada benang handuk. Dan ketika saya tidur, baik posisi miring kanan atau kiri, rasanya seperti ada yang menusuk daun telinga saya.
Saya tetap bertahan selama beberapa hari lagi. Ibuku mengatakan bahwa mungkin saya hanya perlu terbiasa dengan rasa tidak nyaman itu. Setelah terbiasa, rasa tidak nyaman itu akan hilang. Namun, pada hari ketujuh, saya memutuskan untuk melepas giwang yang baru saja dipasang beberapa hari di telinga saya. Saya menyerah karena ketidaknyamanannya membuat gerakan saya terbatasi. Mengapa menjadi cantik harus memikul semua ini? Apakah tidak ada pilihan selain menjadi cantik? Sebenarnya banyak wanita yang memakai sepatu hak tinggi hingga tumit mereka terluka, padahal sepatu datar lebih nyaman dipakai.
Mengapa Harus Menderita untuk Penampilan? Menjelajahi Tuntutan Kecantikan dan Kepuasan Diri
Saya tetap bertahan selama beberapa hari, seperti yang disarankan oleh ibu saya bahwa mungkin hanya butuh waktu untuk terbiasa dengan rasa tidak nyaman itu. Setelah terbiasa, maka ketidaknyamanan itu akan hilang. Namun, pada hari ketujuh, saya akhirnya melepas giwang yang baru saja saya pasang beberapa hari di telinga saya. Saya menyerah merasakan ketidaknyamanan yang membuat gerakan saya terbatas. Mengapa harus menanggung semua itu untuk menjadi wanita cantik? Apakah tidak cantik itu sudah cukup? Banyak wanita yang tetap menggunakan sepatu hak tinggi meskipun tumitnya lecet, padahal ada pilihan untuk menggunakan sepatu datar yang lebih nyaman.
Kita seringkali menggunakan bulu mata palsu, meskipun bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan iritasi. Mengapa perempuan harus menderita untuk penampilan? Saya tidak mengerti, karena selama ini saya selalu menolak hal-hal yang merusak kenyamanan saya. Bahkan saya memutuskan hubungan dengan pacar saya ketika dia meminta saya untuk berdandan atau mengurangi lemak di lengan saya. Namun, saya menyadari bahwa pemikiran saya tidak adil. Saya tidak mencoba untuk berada di pihak orang-orang yang memilih jalan yang berbeda dengan saya.
Rupanya, kepuasan yang datang dari pengorbanan inilah yang membuat seseorang merasa hangat dan bahagia di dalam hati. Kepuasan yang membuat hati penuh. Tentu saja, untuk mendapatkannya diperlukan perjuangan dan pengorbanan. Tidak ada yang salah dengan itu, bukan? Setiap orang memiliki pilihan untuk mencari kebahagiaannya sendiri. Kita memiliki versi kebahagiaan yang berbeda-beda dan jika diperdebatkan, hanya akan memunculkan pembenaran dan penghakiman yang tak berujung. Oleh karena itu, nikmati saja hidup kita dengan versi kebahagiaan yang kita pilih.
Kesimpulan
Artikel ini membahas tentang Sensitivitas Tidak Hanya Terkait Uang. Selera seseorang tidak hanya terkait dengan uang, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti preferensi pribadi, kebutuhan finansial, dan pertimbangan lainnya. Selera seseorang tidak bisa dinilai dari penampilan mereka saja, karena ada banyak hal yang memengaruhi selera tersebut. Artikel juga membahas tentang tuntutan kecantikan dan kepuasan diri, di mana beberapa orang merasa harus menderita untuk terlihat cantik, padahal sepatu datar atau pakaian yang lebih nyaman dapat menjadi pilihan yang lebih baik. Kesimpulannya, tidak adil untuk menilai selera orang lain karena setiap orang memiliki faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi selera mereka.